Arunachalam Pad Man Muruganantham Di Balik Revolusi Higienitas Wanita India
(entrepreneur.bisnis.com)-JAKARTA; “Hal tersulit itu mengubah pola pikir orang. Tidak ada manusia yang mati karena kemiskinan. Semuanya karena ketidaktahuan. Untuk mematahkan tabu dan membuat gadis dan wanita pakai pembalut adalah tugas sulit.”
Itu ungkapan dari Arunachalam Muruganantham (AM), pria yang dijuluki Pad Man dari India. Pad yang berarti pembalut tersebut diberikan kepada AM karena jasanya pada kehidupan wanita di India.
Jadi pengusaha terinspirasi dari istri
AM pengusaha asal India mengubah cara India memandang menstruasi. Kisah ini sampai dituangkan dalam film berjudul Pad Man tahun 2018 dan mendapat banyak respons positif sekaligus jadi salah satu film paling laris di India.
Berawal tahun 1998, saat ia baru menikah dengan Shanthi. Di India, dilema wanita pada saat itu bukan sekadar pilihan antara pembalut bersayap atau non-sayap. Karena harga pembalut mahal, mereka pakai alternatif yang tidak higienis seperti kapas, abu atau kain lap.
“Idenya berasal dari istri. Di desa kami, wanita tak mampu beli pembalut karena mahal, tidak terjangkau keluarga miskin. Saya bertanya kepada istri saya dan ia mengatakan jika beli pembalut dia harus mengurangi separuh dari anggaran susu kami,” katanya dalam, seperti dikutip dari successstory.com.
Bahan baku membuat pembalut di India hanya 0,1 rupee, namun produk akhir dijual 40 kali lipat dari harga itu. Karena mahalnya harga pembalut, wanita di pedesaan lebih memilih menggunakan kain kotor selama masa menstruasi mereka.
Ketika AM menyelidiki lebih jauh, ia temukan hampir tidak ada perempuan di desa2 yang menggunakan pembalut. Temuannya digemakan oleh survei 2011 oleh AC Nielsen, yaitu hanya 12% wanita di India menggunakan pembalut wanita.
AM mengatakan di pedesaan, penerimaannya jauh lebih sedikit dari itu. Dia kaget bahwa wanita tidak hanya pakai kain kotor, bahkan zat tidak higienis lain seperti pasir, serbuk gergaji, daun dan abu.
Wanita yang pakai kain sering malu untuk mengeringkannya di bawah sinar matahari, yang berarti kain itu tidak terdisinfeksi dengan baik. Sekitar 70% dari semua penyakit reproduksi di India disebabkan oleh kebersihan menstruasi yang buruk.
AM membuat produk pembalut sendiri. Awalnya, dia minta istri dan saudara perempuannya jadi sukarelawan dan mencoba produknya, mereka menolak. Dia sempat mencoba memakai pembalut sendiri untuk merasakan bagaimana tidak enaknya jadi wanita yang menstruasi.
Awal mula distribusi usaha
AM mendistribusikan produknya kepada mahasiswi di perguruan tinggi kedokteran. “Ciptaan ini bagian dari perjalanan pribadi saya untuk wanita di keluarga dan komunitas saya untuk memberi mereka kehidupan higienis dan sehat selama menstruasi” ungkapnya. Saya lakukan untuk istri saya dan para wanita di lingkungan kami,” ungkapnya.
Upaya AM jadi bahan ejekan ketika pembalut wanita ditemukan di desanya. Dia dikucilkan warga dan keluarganya. Namun, dia tidak menyerah dan terus bereksperimen dan memperbaiki produknya.
Dua tahun setelahnya, dia berjuang memahami rahasia bahan pembalut wanita. Tak hanya menemukan serat selulosa membantu bantalan pembalut untuk menyerap dan mempertahankan bentuk, ia juga merancang mesin berbiaya rendah.
Bisnis bermodal US$ 1.000
Mesin ini bisa dioperasikan siapa saja, dengan pelatihan minimal. Ciptaan inovatifnya dibangun dengan biaya 65.000 rupee. Jika dibanding dengan mesin asing yang mencapai US$540.000, mesin AM hanya seharga US$1.000.
AM pakai bahan baku dari pulp kayu pinus olahan dari pemasok di Mumbai. Mesin itu menggiling, mendefibrat, memadatkan, dan mensterilkan bantalan pembalut di bawah sinar ultraviolet, sebelum dikemas untuk dijual.
Penemuannya ini dipuji sebagai langkah utama mengubah kehidupan wanita di India. Mesin2nya menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi banyak wanita di pedesaan India. Pembalut yang terjangkau juga membuat banyak perempuan desa dapat mencari nafkah selama menstruasi. Inovasinya telah menginspirasi banyak penduduk di kampung halamannya, Coimbatore.
Tahun 2006, AM mengunjungi IIT Madras dan mendemonstrasikan idenya. IIT Madras mendaftarkan penemuannya untuk Penghargaan Inovasi Teknologi Akar Rumput dari Yayasan Inovasi Nasional India. Gagasan AM memenangkan penghargaan.
Dia dirikan ‘Jayaashree Industries’ setelah mendapat dana awal. Mesin buatan M dipuji pakar industri karena kesederhanaannya dan efektifitas biayanya. Prestasi luar biasa untuk membantu tujuan sosial telah menghasilkan banyak penghargaan bagi AM.
Kesuksesan mesin inovatif AM menarik banyak Perusahaan2 besar untuk mengkomersialkan usahanya. Namun, pria yang rendah hati itu menolaknya. Dia justru perempuan pedesaan dengan menyediakan mesinnya untuk SHGs – Kelompok Swadaya yang dijalankan oleh perempuan.
“Produk saya untuk wanita pedesaan. Saya tak punya rencana menghasilkan uang untuk diri saya. Yang ingin saya lakukan memberdayakan perempuan pedesaan. Saya akan terus bekerja dengan SHGs, untuk menyediakan pembalut wanita murah di daerah terpencil dan desa,” ungkapnya.
Masih ada jalan panjang agar menstruasi yang higienis dapat diakses dan terjangkau bagi semua orang. Jayaashree Industries di Coimbatore menyediakan pembalut wanita dan menyediakan teknologi untuk produk2 kebersihan murah ke beberapa negara.
Organisasi AM ini dijalankan sebagai organisasi nirlaba dan bermitra dengan SHGs. Kini, mesinnya dapat memproduksi pembalut dengan harga kurang dari sepertiga dari biaya pembalut komersial, telah terdapat di 23 dari 29 Negara Bagian India. AM kini akan memperluas produksi mesin2 ini ke 106 negara.
Menjadi 100 orang paling berpengaruh versi majalah Times 2014
Inovasi AM membantu lebih dari 300 juta wanita, sehingga ia masuk 100 orang paling berpengaruh versi majalah Time (2014). Tahun 2016, AM dianugerahi dengan Padma Shri oleh Pemerintah India. Dia dipuji sebagai inovator revolusioner.
Dia tak pernah membayangkan perjuangan dan pencarian awalnya, suatu hari, akan memberikan kuliah kepada generasi muda yang berpendidikan tinggi di IIT Bombay, IIM Ahmedabad, IIM Bangalore, Universitas Harvard, dan TED Talk.
Perjalanan AM diangkat menjadi film dokumenter oleh Amit Virmani berjudul “Menstrual Man” pada 2014 dan berhasil memenangkan penghargaan. Pada 2017, Abhishek Saxena menyutradarai ‘Phullu’, yang didasarkan pada pencarian Arunachalam.
Pada Februari-2018, kisah AM kembali diangkat ke dalam film berjudul ‘Pad Man’. (Aprianto Cahyo Nugroho; Bahan dari : https://entrepreneur.bisnis.com/read/20190620/265/935814/arunachalam-pad-man-muruganantham-pria-di-balik-revolusi-higienitas-perempuan-di-india)-FatchurR *