Kesehatan

Obat Kanker Murah, Mungkinkah?

Ibu saya menderita kanker kelenjar getah bening. Beliau perlu dikemoterapi. Harga obat kemoterapi mahal dan obat itu belum masuk dalam jaminan BPJS. Tiap kemo, kami anak2nya harus mengumpulkan uang Rp 20 juta untuk obat kemo dan penunjangnya. Padahal, ibu harus menjalani kemoterapi ber-kali2.

 

Keadaan ini menyulitkan kami. Saya dosen di universitas negeri dan adik saya pengusaha, tapi usahanya sejak tahun lalu lesu. Kami, masyarakat, berharap jaminan BPJS. Kami sekeluarga jadi peserta. Kami memahami BPJS belum sepenuhnya membiayai pengobatan kanker. Kami berharap harga obat kanker dapat terjangkau.

 

Kami ikuti perkembangan obat AIDS dan hepatitis yang kini dapat dibeli dengan murah dibanding harga di negara asalnya. Kenapa obat AIDS dan hepatitis murah, sedang obat kanker mahal? Mungkinkah harga obat kanker diturunkan, terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah?

 

Kanker termasuk penyakit peringkat 10 besar, sudah waktunya kita memikirkan cara menurunkan harga obat ini. Saya baca obat kanker di India lebih murah, apakah tak dapat meniru India atau mengimpor obat kanker dari India? Apakah Kimia Farma juga dapat tugas mengadakan obat kanker murah di samping mengadakan obat AIDS dan hepatitis? Mohon penjelasan dokter. Terima kasih. (S di J)

 

Jawab

Obat kanker di negeri kita berbentuk obat paten dan obat generik. Obat generik dibagi 2, yaitu obat generik biasa dan obat generik berlogo. Obat yang harganya ditetapkan dan diawasi ketat pemerintah adalah obat generik. Obat generik jadi murah karena perhitungan harganya tak memperhitungkan biaya riset serta obat generik tidak ada biaya pemasaran.

 

Acap kali harga obat generik 1/10 harga obat paten. Obat generik bermerek masih ada biaya pemasaran. Biaya pemasaran obat generik bermerek cukup tinggi, 30% biaya produksi, sehingga harga obat generik bermerek mendekati obat paten. Selain itu, obat seperti komoditas lain terkena pajak. Sehingga harga akan menjadi lebih tinggi lagi.

 

Khusus untuk obat kanker, di negeri kita kebanyakan obat kanker berbentuk obat paten, harganya mahal. Obat kanker baru harganya sampai lebih dari 10 juta sekali pemakaian. Harga ini memberatkan untuk pemakai yang membiayai pengobatan sendiri maupun BPJS.

 

Sampai kini pembiayaan untuk pengobatan kanker merupakan bagian yang tinggi dari keseluruhan pengeluaran BPJS. Pengeluaran lain yang cukup besar adalah tindakan cuci darah serta pengobatan penyakit kronik seperti kencing manis, penyakit jantung, dan penyakit darah.

 

Obat paten

Pemahaman mengenai paten obat di negeri kita belum merata. Obat paten internasional yang habis masa lakunya bisa didaftarkan patennya di negeri kita. Sayang, komunikasi pemberi izin paten, Kemenkes, dan litbang kita belum terjalin baik.

 

Komunikasi yang baik berjalan di India. Pemberi izin paten di India mempertimbangkan kebutuhan masyarakat serta penelitian obat baru di India sehingga tak mudah mengeluarkan paten obat yang berasal dari luar India.

 

Pemerintah India berusaha memajukan industri obat tidak hanya untuk kepentingan di India, tapi juga untuk ekspor. Apakah India melanggar kesepakatan perdagangan bebas dan hak paten? Tidak, tetapi India mampu memanfaatkan peluang yang ada karena sadar memajukan industri dalam negerinya.

 

Sesuai dengan kesepakatan WTO di Doha 2001, pemerintah suatu negara dapat membatalkan paten obat di negaranya jika obat itu diperlukan masyarakat. Pemerintah itu perlu memberi kompensasi kepada perusahaan riset yang menemukan obat itu, biasanya 1-4% dari harga obat yang digunakan.

 

Dengan demikian, masyarakat tertolong dan perusahaan yang menemukan obat juga dapat kompensasi. Indonesia pernah beberapa kali melakukan compulsory licensing ini. AS termasuk negara yang paling sering melakukan compulsory licensing.

 

Untuk menurunkan harga obat kanker, kita dapat memproduksi atau sementara mengimpor dari negara yang memproduksi murah, misal India. Tentu kita tak hanya peduli harga murah, tapi obat ini harus jelas manfaatnya serta aman dipakai. Obat harus dievaluasi dulu oleh BPOM dan juga diawasi.

 

Untuk obat kanker banyak yang dalam perlindungan paten sehingga memproduksi generiknya perlu melakukan compulsory licensing atau bekerja sama dengan perusahaan yang memproduksi obat paten sehingga obat itu dapat disediakan murah.

 

Perusahaan obat paten Gilead, misalnya, yang memproduksi obat paten hepatitis-C, memberi lisensi ke perusahaan farmasi India untuk memproduksi obat yang sama, tetapi dipasarkan murah untuk negara2 yang masyarakatnya memiliki penghasilan masih rendah.

 

Gerakan mengakses obat murah sudah timbul di sejumlah negara yang tak berpenghasilan tinggi. Salah satu formula yang diperjuangkan teman2 aktivis di sejumlah negara adalah harga obat disesuaikan dengan indeks pembangunan manusia.

 

Jadi obat A harga di Eropa misal Rp 4 juta, di Indonesia harusnya Rp 400.000, di negara Afrika yang lebih miskin Rp 100.000. Sayangnya baru untuk obat ARV (obat AIDS). Kita harus sama2 memperjuangkan agar obat di negara kita, termasuk obat kanker, menjadi murah dan terjangkau. (ThW; dari milis P2Tel; sumber dari Kompas, 10 Januari 2016 01:31 WIB )-FR

————

 

Info kesehatan lainnya : Lupakan obat kanker paten, kemo
Kemo, keberhasilannya tak menyakinkan, karena mematikan juga sel2 sehat. Saat ini isteri saya yang kena kanker, minium daun sirsak dan atau kunir putih dalam kapsul yang dapat dipesan ke Toko Jamu Akar Sari, Jl. Rajiman 112, Solo, tlp 0271 633 426. Per tabung plastik isi 60; Rp50.000 dan digunakan untuk 10-15 hari sesuai petunjuk. Seluruh pelosok tanah air pesan dari toko herbal yang kecil ini.

Selain itu isteri saya minum jus wortel campur lemon, dan hanya maka buah dan sayur. Juga minum air alkali “kan gen” yang Ph nya mencapai 9-10 dengan suaut mesin yang harganya Rp49juta (Saya belum beli mesinnya, sehingga beli air kangennya saja). Suasana lingkungan tubuh harus alkali (base) sehingga sel kanker sulit hidup, lembah, dan mati).
Seperti diketahui isteri saya 2 bulan lalu jatuh di KM, dan tulang paha patah, dioperasi dan diberi pen penguat, jadi sekarang dg kursi roda dan berlatih jalan dg penopang. Ternyata tulang pahanya yang patah tumbuh dg cepat sehingga dokter heran. Jadi karena tulang paha patah, maka diselidiki ternyata tulang kaki kiri keropos (kaki kanan tidak keropos).

 

Dan karena keropos setelah diterliti ternyat terkena kanker yang telah menyebar hingga ke paru2. Dua minggu lalu, saat diperiksa di RS Kanker Dharmais, ternyata kankernya tidak ganas, walaupun menyebar. Itu mungkin berkat semua herbal, air alkali, dan juga yang disebut “Essential Oil” untuk penyembuhan macam2 penyakit. Jadi tidak pakai kemo atau obat paten, dll.

Dengan rutinitas ini isteri saya tetap atau makin segar. Suasana hati juga harus dijaga, tetap riang gembira dan optimis. Menemui tamu dan hadir dalam suatu acara di tempat lain, dsb, ya pakai kursi roda dan penopang jalan. (Salam; APhD)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close