Motif dan pembuatan kain Shibori mBak Sukiyat yang unik
Yogya-Kain Shibori tengah jadi tren saat ini. Warna dan motif yang unik membuat kain ini jadi buruan untuk dijadikan selendang atau membuat baju. Bagaimana cara pembuatan kain ini? KORAN SINDO berkesempatan menyaksikan pencelupan kain hingga penjemuran kain Shibori utuh saat mengunjungi salah satu perajin kain Shibori, yaitu Mbah Sukiyat asal Sleman, Yogyakarta.
Tangan Mbah Sukiyat cekatan mencampur pewarna dengan air panas di atas nampan plastik berwarna merah. Meski hanya di halaman depan rumah tanpa alas, dia sudah terbiasa melakukannya untuk mencairkan pewarna tersebut dengan cepat.
Begitu air panas dituangkan di atas nampan berubah berwarna biru, kain putih yang dilipat berbentuk segitiga sama sisi dan diikat dengan karet gelang secara berlahan dicelupkan ke cairan. Satu persatu sisi segitiga dicelupkan kedalam cairan dalam nampan dan langsung ditiriskan ke atas sebuah kayu.
Pencelupan lanjut dengan ikatan kain putih lain yang berbentuk segitiga sama sisi. Namun, kali ini pencelupan dilakukan lebih dalam dan lebih lama. Akhirnya segitiga kain yang semula berwarna putih jadi terlihat berwarna biru pekat. Usai memproses kain segitiga ke dua, tangan Mbah Sukiyat lanjut dengan mencelup kain yang telah dilipat dan diikat dalam bentuk bujur sangkar.
Setelah semua kain yang diikat diproses pewarnaan, sambil menunggu proses penirisan, warga Sendangagung, Minggir Sleman itu membersihkan halaman depan rumahnya. Dedauan yang jatuh di rerumputan disingkirkan. Lokasi itu akan dipergunakan menjemur kain yang telah diwarnai. Perlahan, ikatan karet gelang dilepas dari lipatan kain yang berubah jadi warna biru dari semula putih.
“Harus hati2 membukanya agar corak tidak rusak. Dan dijemur dengan cara horizontal, agar pewarna tidak merembes sehingga corak jadi rusak,” papar Sukiyat usai membuka satu ikatan kain yang segitiga sama sisi yang dicelupkan pertama.
Setelah terbuka, dari ikatan dan lipatan, terlihat kain yang semula putih jadi bermotif yang unik. Di kain itu muncul gambar warna biru kombinasi antara bentuk bulat dan bunga. Dan, meski hanya dicelupkan dalam satu warna, kemunculan warna dalam gambar motif juga terlihat unik karena ada yang berwarna biru pekat ada yang berwarna biru muda.
Saat ikatan pada lipatan kain segitiga sama sisi kedua, yang dicelup lebih lama muncul motif yang lebih bewarna biru pekat. Namun karena lipatan dan ikatan yang dilakukan, tetap memunculkan motif batik unik. Kedua kain yang memiliki motif berbeda itu dijemur dengan hanya diletakan begitu saja di atas rerumputan yang ada di depan rumah.
“Ini teknik Shibori, saya dapat belajar dari keponakan. Ini ada juga yang menyebutnya dengan jumputan. Shibori ini tekniknya dari Jepang,” kata dia. Meski di proses dengan cara sama, motif kain yang dihasilkan disebut Sukiyat tidak pernah sama.
Motif yang terbentuk tergantung dari rapatnya lipatan, kencangnya ikatan serta lamanya pencelupan kain ke pewarna. Teknik Shibori ada berbagai macam, namun teknik yang dilakukan Mbah Sukiyat tersebut dikenal dengan teknik Kumo Shibori.
Dengan teknik pewarnaan yang dilakukan Mbah Sukiyat mampu menciptakan kain batik dengan motif unik yang bisa dijual dengan harga antara Rp100.000-150.000 per helai.
“Yang unik dari batik shibori Mbah Sukiyat ini motifnya tak ada yang sama. Jadi ketika kita beli kain dan dijahitkan jadi baju, tidak akan ditemui baju bermotif sama persis, kalau mirip mungkin tapi yang sama persis tidak ada,” ujar salah satu pelanggan Mbah Sukiyat bernama Herbandang.
Dari kain yang telah mendapat kreasi dari tangan terampil Mbah Sukiyat, bisa diproses jadi berbagai bentuk. Mulai dari pakaian maupun digunakan untuk membuat selendang bisa dibuat dari kain dengan ukuran sekitar 1 x 2 meter tersebut.
Mbah Sukiyat hanya baru bisa memproduksi kain belum sampai ke arah membuat model pakaian karena ketidakmampuannya dalam mendisain pakaian dan jahit menjahit. (alv; Mahadeva Wahyu Sugianto; https://lifestyle.sindonews.com/read/1204460/186/uniknya-motif-dan-pembuatan-kain-shibori-mbah-sukiyat-1494522373)-FatchurR