Aku cinta Indonesia

Korupsi dan Perempuan (FE 42)

Meneliti korupsi itu susah bin sulit. Di negara yang konon korupsinya menggurita seperti disini, jangan2 sarana atau sisik melik (clue) yang dipakai sebagai bahan penelitian dikorupsi pula. Walhasil, meneliti korupsi itu seperti merambat mengikuti spiral, makin keatas, makin lebar dan tidak lagi ketahuan dimana ujungnya.

Setidaknya ada tiga orang peneliti yang berteori bahwa korupsi akan berkurang manakala porsi perempuan pekerja lebih banyak. Juga porsi perempuan pejabat, juga perempuan anggota parlemen lebih banyak. (Dominik Enste et Al.2017, Treismann,2007, Johan Graaf, 2006).

“ ….. Once parliamentary debates embrace both sexes and bureaucratic decisions are communicated across sexual boundaries,the resulting increased transparency may decrease corruption.WHETHER INDIVIDUAL WOMAN INTRINSICALLY LESS CORRUPT, as has been hypothesized by some authors, is beyond the scope of cross-country analysis. Testing such a hypothesis requires an analysis offemale-dominated societies,ofwhich we hardly have any in our sample. All we observe is that a better mix of sexes as opposed to male dominance appears to lower corruption…..” Johan Graaf, 2006, dalam buku “International Handbook on the Economic of Corruption”, edited by Susan Rose.

Eit …… tunggu dulu. Lagi-lagi teori Barat itu perlu disimak dengan teliti. Di Pondok Bambu sudah ada Angelina Sondakh, Artalyta Suryani, Ratu Atut Chosiyah dan masih antri pula Miryam S.Haryani (e-KTP), Sri Hartini (Bupati Klaten) dan … dan….ada lagi. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close