Iptek dan Lingk. Hidup

Sapu lidi Glagah

Purbalingga, InfoPublik – Sapu lidi “Glagah” produksi mantan TKI Singapura Rahimah (32) ternyata sudah diekspor ke Taiwan sejak dua tahun lalu.

Selain mengekspor sapu lidi, Rahimah dan suaminya, Bambang Triyono, juga mengekspor bahan baku rumput arjuna untuk pembuatan sapu lantai di India.

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat pada hari ke-6 Safari Ramadhan BNP2TKI 2013, Kamis (18/7) melihat langsung produksi sapu lidi Rohimah yang berada di Desa Karang Gambas, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.

Kepada Jumhur, Rohimah menceritakan ide awal pembuatan sapu glagahnya didapat dari suaminya yang sempat menjadi karyawan pada perusahaan pembuatan sapu lidi sejak 1997.

Lalu, setelah dirinya pulang dari Singapura sekitar tahun 2003, usaha ini ia lanjutkan dengan bantuan tabungannya. “Awalnya saya dan suami mengerjakan usaha ini dibantu keluarga,” katanya.

Perlahan tapi pasti, pasar lokal Purbalingga pun dikuasainya. Sapunya yang kokoh dan tahan lama juga telah banyak dijual di Jakarta, Samarinda, dan Sumatera.
Atas kesuksesannya tersebut, Pemerintah Purbalingga memberi gelar kepada Bambang sebagai pemuda pelopor. Saat bersamaan Kementrian Riset dan Teknologi memberikan bantuan berupa mesin alat pengering.

Rohimah menambahkan, karena banyaknya pesanan jumlah tenaga kerja tambahan ia rekrut. Saat ini ada 10 tenaga kerja terampil yang mengayam sapu tiap harinya. Para pekerja ini mendapat upah Rp800 per sapu dan uang makan per hari senilai Rp5000.

Tiap hari kami produksi 500 buah sapu atau sebulan 15.000 sapu dengan nilai omset Rp75 juta, kata Rohimah.

Pada saat yang bersamaan, suaminya belajar tentang tata cara ekspor dari beberapa lembaga pemerintah dan pelaku bisnis. Bambang pun mengembangkan strategi pemasaran melalui website bernama rayungpelangi.com.

Rohimah� yang sudah memilki tiga orang anak ini menambahkan, dalam dua tahun terakhir sapunya diekspor ke Taiwan tiap bulan sebanyak dua kontainer. Pada saat yang sama pasangan suami istri ini juga mengeskpor bahan baku rumput arjuna ke India.

Per dua kontainer, kata Bambang berisi 60 ribu sapu dengan omset Rp500 juta. Akibat pesanan itu, tenaga kerja pun mereka tambah hingga 100 orang lebih.
Sayangnya, sejak 6 bulan terakhir, permintaannya mulai terganggu. Pembeli di Taiwan dan India mulai menunggak pembayaran. Sejumlah aset berupa mobil dan barang berharga lainnya ia jual guna membayar honor 100 orang pekerjanya. Kini yang tersisa hanya 10 orang pekerja untuk pasaran dalam negeri.

Mendengar ada kemacetan dalam pembayaran sapunya, Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat pun gusar. Kalau anda setuju saya akan minta KBRI setempat untuk menagih uang anda yang macet. Kalau mereka masih nakal juga kita akan black list atau tutup akses bisnisnya dengan perusahaan-perusahaan lain di Indonesia, tegas Jumhur.(az/rm; Kunto Rongamadji)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close