Iptek dan Lingk. Hidup

Megengan Tradisi menyambut Ramadhan di Surabaya

SURABAYA, KOMPAS.com – Selain berziarah ke makam keluarga, tradisi rutin muslim Surabaya adalah “Megengan”. Sama dengan tradisi nyekar, intinya Megengan bentuk mendoakan keluarga dan nenek moyang yang sudah meninggal dunia.

Namun Megengan lebih bersifat sosial karena tradisi ini membagi makanan dan kue kepada tetangga dan kerabat. Sebelum dibagikan, kue dan makanan itu sebagai pelengkap doa bersama untuk keluarga yang sudah meninggal atau nenek moyang.

“Doa bersama selain dibaca sendiri oleh keluarga, biasanya juga dikirim ke mushala atau masjid untuk didoakan bersama-sama seusai shalat,” kata tetua kampung Kedondong Surabaya, Muchotib, Selasa (16/6/2015).

Beragam jenis makanan, kue dan buah-buahan yang dibagi warga untuk tradisi Megengan. Namun tetap harus menyertakan kue apem.

Belum diketahui alasan kenapa Megengan harus menyertakan kue yang diolah dari bahan tepung dicampur santan dan potongan buah Nangka di atasnya itu.

“Apem sudah tradisi turun temurun yang harus ada saat Megengan. Apem juga harus ada di setiap selamatan tujuh hari atau 40 hari pasca-kematian seseorang,” ujarnya.

Muchotib juga tidak mengetahui alasan mengapa harus ada kue apem. Dia hanya menggarisbawahi bahwa kue apem memang harus ada di setiap doa untuk nenek moyang, leluhur, atau keluarga yang sudah meninggal dunia. (Ahmad Faisal; Farid Assyifa; http://regional.kompas.com/read/2015/06/16/17595661/Megengan.Tradisi.Sambut.Ramadhan.Warga.Surabaya)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close