Psikologi

Debat kusir

“Dbat kusir” makin hari makin hangat di medsos. Istilah ”debat kusir” bisa jadi berangkat dari permasalahan yang sepele, berkembang tanpa kendali. Akibatnya, beberapa anggota ragu mengomentarinya. Tapi ada yang senang dan bertepuk tangan karena melihat kelucuannya.

 

Ada yang terus bertahan dengan pendapatnya, ada pihak yang ingin memaksakan kehendaknya. Apa yang disampaikan dalam perdebatan, tentu sesuai dengan kualitas intelektual, ego dan nafsu yang dimilikinya. Bahkan ada yang cara menyampaikannya di medsos itu me-ledak2 mengumbar emosi, hanya karena “keinginannya” belum terpenuhi.

 

Dengan mengedepankan kesombongan atas ilmu yang dianggap oleh dirinya mumpuni, ia merasa dirinya paling benar dan optimis mampu memenangkan. Apalagi jika kata2 yang dilontarkan “dinodai” dengan sumpah serapah menyinggung keyakinan dan perasaan orang lain, maka niat baik jadi sia-sia. Bahkan hanya akan menurunkan reputasi dirinya. Sayang kan?
Mengapa sampai ada istilah debat kusir? Konon menurut cerita, debat kusir ini bermula dari seorang wanita cantik yang sedang naik delman, di bilangan kota Jakarta. Tiba2 kudanya “kentut.” (Maaf saya belum menemukan padanan kata “kentut” dengan yang lebih halus. Kalau “buang angin” rasanya juga kurang tepat).

 

Ia menanyakan pada pak kusir, kenapa kudanya kentut. Pak kusir memberi penjelasan kudanya “masuk angin” akibat kena gerimis. Lantas si wanita ini menjelaskan, “secara logika” kalau kuda kentut bukanlah masuk angin, tetapi “keluar angin”.
Tentu sebagai kusir delman yang puluhan tahun memelihara kuda, sangat hafal kebiasaannya, bertahan pada pendapatnya, kalau kudanya sering kentut pasti sedang masuk angin. Sang wanita cantik yang selalu mengedepankan logikanya tetap pada pendiriannya kuda itu “tidak masuk angin, tapi keluar angin”.

 

Karena itu, dokter tidak mau ikut-ikutan ”debat kusir” tentang penyakit masuk angin atau keluar angin, sehingga dunia kedokteran tidak mengenal istilah masuk angin, tetapi menamakannya common cold. Perbedaan dalam “cara memandang” suatu persoalan apalagi menyangkut masalah akidah dan keyakinan, bisa menghasilkan persepsi yang berbeda.

 

Dijamin, debat kusir seribu tahun tak ada selesainya. Walau satu keturunan, tapi pikiran dan perasaan bisa berbeda. Walau sama2 pensiunan, nasib dan pola pikirnya berbeda. Perbedaan pendapat adalah keniscayaan yang tak terbantahkan. Semoga, “debat kusir” karena adanya beda pendapat ini tidak akan mengurangi semangat untuk menjalin tali silaturahim kita. Aamiin. (Bandung, 10.01.2015; Muchtar A.F; www.muchtar-af.blogspot.com)-FR

————

 

Sajian lainnya :

  1. Pelajaran dari sekelompok burung
  2. Tahun baru. Apanya yang baru?
  3. Apa itu integritas
  4. Ujian kehidupan
  5. Rumahku, istanaku

——–

 

Pelajaran dari sekelompok burung
Dikisahkan seorang anak muda yg rajin menuntut ilmu dan berniaga memenuhi kebutuhan jasmani dan rokhaninya. Suatu waktu dia melakukan perjalanan niaganya dan sebelum berangkat mohon do’a ke gurunya. Biasanya dia laksanakan dalam waktu lama, kali ini dia kembali dalam hitungan tidak lama.

 

Gurunya heran karena hal tsb tidak biasa dan bertanya kenapa hanya dlm hitungan hari sudah kembali, dan dia menjawab : “Suatu hari krn kelelahan saya istirahat agak lama dalam suatu bangunan tua, di sana ada sekelompok burung yg menjadikan bangunan tsb sbg sarangnya”.

 

“Pada waktu pagi burung2 tsb pergi meninggalkan sarangnya, kecuali seekor burung yg lemah krn sayapnya patah yg tetap tinggal di sarangnya, dan saat sore burung2 itu kembali dengan membawa makanan yg diberikan kpd burung yg lemah tsb”.

 

“Melihat kejadian ini, saya percaya Alloh Swt telah memberikan rizki dg berbagai cara kepada setiap makhluk-Nya, dan saya memutuskan utk tdk melanjutkan perjalanan, karena utk yg lemahpun, Alloh Swt tetap memberikan rizki-Nya”.

Mendengar jawaban tsb gurunya diam sesaat, dan berucap “Anak muda relakah kamu menyamakan diri dengan yang lemah, tidakkah engkau berkeinginan menjadi orang yg dapat membantu yg lemah, sedang burung saja yg kuat tetap berikhtiar menjemput rizki dan sebagian diberikannya kpd yg lemah”.

Sejak saat itu anak muda tsb bangkit kembali semangat berniaganya, bahkan lebih bersemangat dibanding dengan sebelumnya, kemudian sebagian hasil perniagaannya dipergunakan utk membantu saudara2nya yg lemah. Kisah ini diambil dari Majalah Hidayatullah yg saya lupa nomor edisinya. (Nanang Hidayat; dari grup FB ILP)-FR

———–

 

Tahun baru. Apanya yang baru?
Ada apa sebenarnya dengan tahun baru ? Untuk siapakah tahun baru? Emangnya apanya yang baru?
Sering kali terjadi pembodohan publik. Sesuatu yang buruk akan dianggap baik dengan propaganda yang tiada henti (PENCITRAAN). Sehingga terbentuklah opini publik bahwa itu adalah hal yang baik

Begitu pula dengan tahun baru. Coba gunakan akal sehat anda. Ingatlah bahwa tidak ada yang baru. Tempat kerjaMU  tetap yang lama. Tempat sekolahMU juga sama. Istri atau suami kita juga tidak baru…
Anak-anakMU juga masih yang lama. RumahMU juga tetap yang dahulu. Teman-teman dan sohib juga sama. GajiMU juga tetap…

Terus apanya yang baru?
Sebagian umat Islam turut dalam perayaan tahun baru dengan berbagai cara. Ada yang tenggelam dalam acara-acara tidak berguna. Ada yang menggunakannya untuk bermuhasabah. Ada yang berkumpul berdoa dan berdzikir. Ketahuilah… pada malam tahun baru itu tidak ada peristiwa apapun, sehingga kau harus bersikap atau bertindak

Tidak ada yang istimewa, tidak padamu, tidak pada negaramu, tidak pada keluargamu. Tidak ada apa-apa pada malam tahun baru. Kita saja yang tertipu. Laluilah malam tahun baru seperti seorang petani muslim di lereng gunung merapi. Setelah shalat isya’ ia bersiap-siap untuk tidur. Ia berwudu’ seperti hendak shalat. Lalu ia membaca doa dan wirid sebelum tidur. dst

Karena pada malam tahun baru memang tidak ada peristiwa apa-apa. Orang yang cerdas adalah orang yang berusaha untuk berada di depan dan tidak mau menjadi ekor, dia menjadi dirinya sendiri. Jangan menjadi ekor…karena tugas ekor itu menutupi aib dan kotoran serta mengusir serangga. (Hidayat B Praptono; dari grup WA 78/79; Sumber: Ustadz DR. Syafiq Basalamah, MA ; http://bbg-alilmu.com)

———-

 

Apa itu integritas
Selalu bertindak benar, bukan karena takut akibat dari sisi negatif, tetapi karena memang benar.
Orang yg punya integritas biasanya terbuka & jujur….
* Tidak punya motif atau agenda tersembunyi……
* Pemikirannya bisa dipertanggung jawabkan…..
* Kata katanya bisa dipegang
* Perlakuannya sama di depan dan dibelakang……
* Memperlakukan teman” dengan hormat dan baik……
* Tidak bermanis manis dimuka…….
Tidak ada kata terlambat untuk sukses. (Sapuwan Ksg; dari grup WA 78)-FR
———–

 

Ujian kehidupan
Ujian itu emas.
Ujian itu mutiara..
Ujian itu adalah Nur dariNYA
Ujian itu harta yg paling berharga……..
Dan semua sudah ada aturan mainnya….
Mari kita bersiap / bersegera mencari kunci jawabnya…

” Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba NYA, maka Allah akan menyegerakan hukuman baginya di dunia. Bila Allah menghendaki keburukan ke hambaNYA, maka Allah akan menangguhkan dosanya untuk diberi balasan nanti di akhirat “-HR. Tirmidzi dan Al- Hakim. (Sapuwan Ksg; dari grup WA 78)-FR
————
Rumahku, istanaku

Para sahabat terkasih, “rumahku adalah istanaku dan keluargaku adalah hidupku”. Tanamkanlah itu dalam benakmu sehingga sungguh menghargainya dan lebih jauh mensyukurinya. Keluargamu adalah hidupmu dan banggalah dengan itu entah bagaimanapun suasana dan keadaan mereka. Ingatlah kamu bisa bahagia bukan karena besarnya rumahmu.

 

Apa artinya rumah besar itu kalau kamu dan keluargamu yang berdiam di sana tidak ada kesatuan hati. Kebahagiaan itu tidak tercipta oleh materi yang banyak dan harta yang berlimpah tetapi bagaimana kamu dan keluargamu saling mendukung dalam suka dan duka, saling mengerti dan menerima kelemahan dan kekurangan masing-masing serta adanya rasanya saling memiki satu sama lain.

 

Keluargamu kaya bukan karena banyak harta dan materi tetapi terutama bagaimana rasa damai, berdiam dalam rumah dan keluargamu. Rumahmu terasa teduh bukan karena atapnya berlapis seng atau baja namun adanya pertautan hati antara seisi rumah.

 

Keluargmu kokoh bukan karena dilindungi dinding beton namun karena kamu bekerja sama dan kasihmu berpelukan satu sama lain. Itulah atap, dinding dan fondasi terkokoh. Dan tentu Tuhan menjadi dasar dari perjalanan hidup hahtera keluargamu. Buatlah motto hidupmu, “Rumahku adalah istanaku dan keluargaku adalah hidupku” (+62 818-0419-xxx; dari grup WA 78)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close