Warga Banten terhadap Pemerintahan Jokowi
Beritateratas.com-Jika ada keluhan yang disuarakan masyarakat Banten, maka keluhan itu, soal infra struktur jalan. Daerah yang sepelemparan batu dari Jakarta, Ibu Kota Negara ini, kondisi jalannya, bagaikan malam dan siang.
Kondisi terparah, dirasakan yang tinggal di pedalaman Banten. Khususnya di Kab-Lebak dan Kab-Pandeglang. Lebih spesifik, terletak pada ruas jalan antara Bayah-Malingping-Saketi. Ruas jalan sepanjang 100 Km kilometer itu, menyiksa. Baik untuk pengendara roda dua maupun roda empat.
Selama lima tahun berselang, jalan 62 Km ini tidak pernah tuntas diperbaiki, ketika ruas jalan yang satu selesai, segera ruas jalan yang lain rusak kembali. Begitu seterusnya, ironisnya panjang jalan yang rusak dan yang tidak rusak selalu lebih panjang jalan yang rusak.
Jumlah tonnage, kendaraan yang lewat jalan Saketi – Malingping sering melewati batas maksimal. Jalan Saketi – Malingping itu urat nadi perekonomian daerah Banten Selatan, hampir seluruh hasil kekayaan alam daerah selatan, berupa Batu Bara, Pasir, Kayu, Bahan sembako, setiap hari melewati Jalan ini.
Dengan kendaraan tronton yang bermuatan 30 ton, jalan ini sangat tidak layak untuk dilewati, dilihat dari konstruksi yang hanya diaspal, meski disana-sini ada yang dibeton ketebalan 20 cm. akibatnya mudah diprediksi usia aspal dan jalan beton itu, hanya dalam hitungan bulan sudah rusak kembali.
Kerusakan jalan antara Bayah-Malingping-Saketi dengan segala usaha perbaikan tambal sulam yang tak pernah selesai itu, bahkan ditengarai telah mengikiskan rasa bangga anak bangsa.
Masyarakat sudah apatis dengan segala perbaikan yang dilakukan. Kesimpulan konyol yang didapatkan masyarakat, menyatakan, bahwa bangsa ini, benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk membangun, bahkan untuk membangun jalan saja gagal. Apalagi untuk membangun hal-hal lain yang lebih besar.
Catatan yang diingat masyarakat, jalan Bayah-Malingping-Saketi pernah baik dan mulus ketika di bangun oleh kontraktor “PT. Kumagai” dari Korea. Korea adalah bangsa yang patut dibanggakan, yang mampu membawa masyarakatnya jadi maju. Sedang kita? Membuat jalan gak mampu, apalagi hal yang lebih besar.
Kesimpulan yang perlu kita tangisi, hanya disebabkan jalan yang tak pernah selesai diperbaiki, yang tak pernah baik dan nyaman untuk dilalui. Menimbulkan bangsa ini menjadi MC (minderheids Complex) penyakit minder akut.
Ketika KPK menangkap Wawan-Atut, masyarakat Banten marah besar. Mereka marah, bukan karena masyarakat membela Ratu Atut-Wawan. Melainkan, masyarakat kecewa dengan berita yang bombastis tentang keberhasilan KPK terhadap penangkapan Atut-Wawan. Dari kaca mata masyarakat Banten, hal demikian terasa aneh.
Apanya yang hebat? Persoalan di Banten itu, bukan hanya Atut dan Wawan. Tetapi, ada sejibun lain masalah yang urgent diselesaikan, dan dari sejibun masalah urgent untuk diselesaikan, adalah infra struktur jalan. Dari daftar jalan yang urgent diselesaikan itu, maka jalan Bayah-Malingping-Saketi, adalah yang paling urgen untuk segera diselesaikan.
Akibat lain dari masalah infra struktur jalan buruk itu, masyarakat jadi apatis pada pilpres kemarin. Mereka biasa digombali segala rencana kandidat. Bagi masyarakat Banten, siapapun Presiden yang kelak terpilih, tak berimbas pada mereka, selama jalan kondisinya memprihatinkan. Pemeo bagi masyarakat khususnya Banten Selatan, siapapun Presidennya, gak ada bedanya.
Jika beda, maka perbedaan itu, tolak ukurnya pada jalan Bayah-Malingping-Saketi. Faktanya, mulai Soekarno hingga SBY jalan mereka memprihatinkan. Jadi, siapa Jokowi, emang siapa Prabowo? Kami tak kenal anda. Kalo anda ingin kami kenal, tolong perbaiki jalan kami yang menyengsarakan kami puluhan tahun itu.
Pertanyaannya, apakah Pemda Banten tak pernah berbuat untuk perbaikan jalan? Pemda selalu mengadakan perbaikan, tetapi sepotong-sepotong dan dengan kualitas yang jelek. Dengan kualitas jelek, maka dalam hitungan sebulan dua bulan, jalan kembali hancur.
Maka ada anggaran baru untuk tahun berikutnya, akan ada proyek baru, akan terjadi bancakan baru. Lalu, masyarakat dapat apa? Paling dapat uang receh, dari jasa sebagai pak ogah yang mengatur lalu lintas jalan selama proses perbaikan jalan berlangsung.
Awal 2014, di Banten Selatan dibangun pabrik Semen Merah Putih, pabrik yang digadang-gadang akan menjadi pabrik semen terbesar di Indonesia. Pelaksana pembangunan pabrik Semen Merah Putih dikenal dengan PT. Gama.
Semua material yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik semen diangkut melalui jalan darat, jalan yang selama ini dikeluhkan masyarakat. Maka, malapetaka itupun datang, jalan yang awalnya sudah parah, kini seluruhnya berubah menjadi kubangan.
Pemda jadi bingung, tak ada lagi yang dapat diperbaiki, ketika seluruh jalan berubah jadi kubangan. Tak ada lagi perbaikan, tak ada lagi bancakan. Ternyata PT. Gama lebih sakti dari Pemda Banten. Semuanya hilang akal dan hilang harga diri. Kalau dulu yang mengalami hal demikian masyarakat, kini Pemda pun mengalami hal yang sama.
Kini semua cerita tentang jalan yang rusak di Banten sudah usai, termasuk jalan antara Bayah-Malingping-Saketi. Ruas jalan 100 km itu, kini mulus sejak April 2016. Ruas jalan mulus itu diberikan perkerasan betonisasi. Specifikasi tekhnik untuk beton dengan kualitas fc. 45. Jika sesuai rencana, maka dua puluh tahun ke depan, jalan di Banten Selatan, akan aman dari kerusakan.
Sebelumnya Pemerintah juga membangun 10 jembatan baru di Banten. Presiden Jokowi memamerkan hasil pembangunan itu di akun Facebook-nya. “10 Jembatan gantung di Banten selesai dibangun dan diresmikan” tulis Jokowi di akun FB Presiden Joko Widodo yang dikutip detikcom, Sabtu (27/2/2016).
Jokowi memposting 10 foto sebelum dan sesudah pembangunan jembatan baru. Foto sebelum menunjukkan jembatan yang terbuat dari kayu, tampak rawan dilewati. Foto sesudah menunjukkan jembatan kokoh yang dibangun Pemerintah.
“Meskipun proyek kecil, tapi jembatan-jembatan tersebut akan sangat berguna bagi anak-anak sekolah dan petani yang membawa hasil panennya ke pasar untuk dijual,” ujar Jokowi.
Proyek ini menelan biaya Rp 45,64 miliar yang bersumber dari APBN 2015. Dari 10 jembatan itu, ada 3 jembatan terpanjang dan dibangun di atas aliran sungai. 10 Jembatan ini diresmikan Menko PMK Puan Maharani 17 Februari lalu. Gubernur Rano Karno hadir dalam acara peresmian.
Di acara itu, Rano minta bantuan 378 jembatan lagi ke Pemerintah Pusat. (Penulis: Dian Ariyani; Sumber: http://www.kompasiana.com/isz.singa/presiden-jokowi-memang-wow-jalan-di-banten-selatan-mulus_57302268c6afbd261234443c dan (http://www.beritateratas.com/2016/05/presiden-jokowi-memang-wow-warga-banten.html)-FatchurR