Kesehatan

Remaja batasi gula dan lemak untuk cegah Diabet

Jakarta-Sebanyak 2.000 remaja SMP dan SMU berikrar membatasi mengonsumsi gula, garam, dan lemak atau disingkat GGL. Ikrar diucapkan di Jakarta (20/12) demi tercapainya hidup sehat dan sejahhtera di masa depan.

 

“Ada 87 anak Indonesia dan kami ingin anak2 ini jadi pelopor hidup sehat dengan membatasi gula, garam, dan lemak. Ini harus dilakukan agar anak2 nantinya tidak mengidap obesitas, DM, dan jantung koroner yang makin banyak diderita dalam usia muda,” kata Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kemen-Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N Rosalin saat membuka Generasi ZI (Genzi) Indonesia Bicara bertema ‘Batasi Konsumsi GGL’ di Gedung Smesco, Jakarta (20/12).

 

Lenny mengungkapkan, kecenderungan anak mengonsumsi GGL sangat tinggi. “Paling banyak GGL didapat dari paket junk food. Makanannya berkadar tinggi garam dan lemak, belum lagi minuman bersoda dengan kadar gula tinggi. Ditambah lagi anak-anak sekarang sedikit bergerak karena lebih banyak memainkan gadget, ini bikin anak-anak kita kelebihan kalori sehingga menjadi obesitas, dan jangka panjang berisiko menderita diabetes dan jantung koronoer,” ujar Lenny prihatin.

 

Lenny berharap, semua pihak mendukung kampanye membatasi GGL. Terkait program menuju Kota Ramah Anak, Lenny berharap, orang tua, pihak sekolah, masyarakat, dan industri juga memiliki komitmen yang sama ikut mendukung anak membatasi konsumsi GGL.

 

“Di sekolah, kantin diharapkan menyediakan makanan sehat. Begitu juga di rumah, orang tua mengawasi anak dan menyediakan makanan sehat rendah GGL namun tinggi serat,” harapLenny.

 

Selain membatasi GGL, kampanye menyerukan penurunan rokok pada anak, perkawinan pada anak, dan tertib lalu lintas. Menurut data Kemenkes yang dirilis pada 2016, prevalensi remaja usia 16-18 tahun yang merokok meningkat tiga kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% di tahun 2014.

 

“Dan yang mengejutkan usia perokok semakin muda. Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di 1995 menjadi 18% pada 2013,” ungkap Indra Jamal, Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan, Deputi Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

 

Indra mengungkapkan, perkawinan anak masih jadi masalah. “Jumlah anak yang melakukan perkawinan masih tinggi di Indonesia. Indonesia menempati urutan ke-2 di Asean. Saya harap edukasi ini dapat menurunkan angka perkawinan anak,” tandas Indra. (Mardiana Makmun/MAR; Investor Daily dan http://www.beritasatu.com/kesehatan/405519-cegah-diabetes-2000-remaja-komitmen-membatasi-gula-dan-lemak.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close