Tuhan Tidak Tidur (TA 160)
Gusti Allah mboten sare, ungkapan ini universal diucapkan hampir semua penganut agama. Ucapan itu bukan ungkapan rasa putus asa, sekalipun ada nada getir saat mengucapkannya. Ketika tangan hukum, BPKP, BPK bahkan KPK tidak mampu menjangkau keserakahan dan ketidak adilan di depan mata, kita hanya mampu berpaling ke Tuhan yang Maha Pengatur dan Maha Kuasa biarlah tangan-Nya yang mengatur.
Allah jua-lah ujung semua harapan, kemana lagi kita berharap? Dalam Islam, ucapan itu adalah do’a yang tersurat dalam ayat yang agung, ayat Kursi,
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izinNya?
Allah tahu apa2 yang di hadapan mereka dan di belakang meraka, dan mereka tidak tahu apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS : Al-Baqarah : 2:255)
Namun, ayat ini juga menjadi pengawas yang melekat pada dada seorang gadis pemerah susu, ketika ia menolak untuk berbuat curang dengan mencampur susunya dengan air. “Khalifah Umar bin Khaththab mungkin tidak tahu perbuatanku, namun Allah tidak tidur, Ia mengawasiku”.
Sang Khalifah terkesan mendengar ucapan gadis jujur ini dan mengambilnya sebagai menantu. Kelak, dari keturunannya lahirlah Khalifah Umar II, atau Umar bin Abdul Azis yang kejujurannya dapat disejajarkan dengan moyangnya Umar bin Khaththab. Wallahu ‘alam bishawab. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR