Selingan

Mengapa Orang2 Suka Kopi walau pahit

(republika.co.id)-JAKARTA; Meski minuman kopi terasa pahit, ini adalah minuman yang terbanyak dikonsumsi di dunia. Para peneliti menemukan alasan manusia menikmati minum kopi walau pahit.

 

Para ilmuwan dari Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago dan QIMR Berghofer Medical Research Institute di Australia bekerja sama meneliti hubungan antara sensitivitas genetik seseorang terhadap zat pahit dan tingkat minuman pahit yang mereka konsumsi.

 

Asisten profesor kedokteran di bidang pencegahan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Marilyn Cornelis mengatakan rasa telah dipelajari untuk waktu yang lama. Tetapi mereka tidak tahu mekanika lengkapnya.

 

Cornelis dan rekannya menggunakan 2 set data dalam penelitiannya dan mempublikasikannya di jurnal Scientific reports. Data set pertama berasal dari studi skala besar orang kembar Australia yang menunjukkan hubungan antara varian genetik dan bagaimana orang merasakan selera yang berbeda.

 

Para peneliti menyoroti varian spesifik yang mereka yakini memiliki tingkat kepahitan tinggi. Yaitu, kafein, kina, dan prop (senyawa pahit lain yang ada di beberapa sayuran).

 

Data set kedua berasal dari fasilitas penelitian yang menyimpan sampel darah, urin, air liur dari ratusan ribu orang, UK Biobank. Tim peneliti menggunakan lebih dari 400 ribu sampel pria dan wanita bersama dengan jawaban yang dilaporkan dari kuisioner tentang konsumsi minuman.

 

Penelitian ini pakai metode eksperimen alami yang disebut pengacakan Mendel untuk membandingkan varian dalam gen orang dengan seberapa sering orang yang sama minum kopi, teh, dan alkohol. Yang dimaksud peminum kopi berat itu seseorang yang minum lebih dari 4 cangkir sehari.

 

Peminum teh berat itu seseorang yang minum lebih dari 5 gelas tiap hari. Peminum alkohol berat itu yang minum lebih dari 3-4x tiap pekan.  Para ilmuwan menentukan seseorang yang lebih peka terhadap rasa pahit kafein lebih banyak minum kopi. Mereka yang memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap prop dan kina melaporkan kurang minum kopi.

 

Teh memiliki hasil berlawanan, sedang prop adalah satu2nya zat yang jelas mempengaruhi konsumsi alkohol. Mereka dapat dengan mudah mendeteksi bahan kimia tersebut meminum lebih sedikit alkohol. Orang yang sensitif terhadap rasa pahit kafein lebih cenderung menjadi peminum kopi berat.

 

Ilmuwan telah mendokumentasikan dengan baik efek stimulasi kafein pada otak. Ini membuat mereka percaya respon ini bertindak semacam penguatan positif. Jadi ada kemungkinan peminum kopi regular mengambangkan kemampuan mendeteksi kafein atau sekadar merasakan.

 

Penulis pertama Jue Sheng Ong mengatakan studi ini memberikan jawaban mengapa orang tertentu berisiko lebih tinggi mengkonsumsi kopi.

 

“Jika secara genetis cenderung merasa pahit dalam kecambah brussel, maka anda lebih cenderung menyukai secangkir teh daripada kopi. Hal yang sama pada anggur merah, orang yang tidak menyukai makanan kaya prop kecil kemungkinan suka anggur merah,”

 

Ujar Jue Sheng Ong, seperti yang dilansir dari Medical News Today, 23/12/2019. (Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Andri Saubani; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/18/12/23/pk5r37409-mengapa-seseorang-menyukai-kopi-meskipun-pahit)-FatchurR *

(republika.co.id)-JAKARTA; Meski minuman kopi terasa pahit, ini adalah minuman yang terbanyak dikonsumsi di dunia. Para peneliti menemukan alasan manusia menikmati minum kopi walau pahit.

 

Para ilmuwan dari Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago dan QIMR Berghofer Medical Research Institute di Australia bekerja sama meneliti hubungan antara sensitivitas genetik seseorang terhadap zat pahit dan tingkat minuman pahit yang mereka konsumsi.

 

Asisten profesor kedokteran di bidang pencegahan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Marilyn Cornelis mengatakan rasa telah dipelajari untuk waktu yang lama. Tetapi mereka tidak tahu mekanika lengkapnya.

 

Cornelis dan rekannya menggunakan 2 set data dalam penelitiannya dan mempublikasikannya di jurnal Scientific reports. Data set pertama berasal dari studi skala besar orang kembar Australia yang menunjukkan hubungan antara varian genetik dan bagaimana orang merasakan selera yang berbeda.

 

Para peneliti menyoroti varian spesifik yang mereka yakini memiliki tingkat kepahitan tinggi. Yaitu, kafein, kina, dan prop (senyawa pahit lain yang ada di beberapa sayuran).

 

Data set kedua berasal dari fasilitas penelitian yang menyimpan sampel darah, urin, air liur dari ratusan ribu orang, UK Biobank. Tim peneliti menggunakan lebih dari 400 ribu sampel pria dan wanita bersama dengan jawaban yang dilaporkan dari kuisioner tentang konsumsi minuman.

 

Penelitian ini pakai metode eksperimen alami yang disebut pengacakan Mendel untuk membandingkan varian dalam gen orang dengan seberapa sering orang yang sama minum kopi, teh, dan alkohol. Yang dimaksud peminum kopi berat itu seseorang yang minum lebih dari 4 cangkir sehari.

 

Peminum teh berat itu seseorang yang minum lebih dari 5 gelas tiap hari. Peminum alkohol berat itu yang minum lebih dari 3-4x tiap pekan.  Para ilmuwan menentukan seseorang yang lebih peka terhadap rasa pahit kafein lebih banyak minum kopi. Mereka yang memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap prop dan kina melaporkan kurang minum kopi.

 

Teh memiliki hasil berlawanan, sedang prop adalah satu2nya zat yang jelas mempengaruhi konsumsi alkohol. Mereka dapat dengan mudah mendeteksi bahan kimia tersebut meminum lebih sedikit alkohol. Orang yang sensitif terhadap rasa pahit kafein lebih cenderung menjadi peminum kopi berat.

 

Ilmuwan telah mendokumentasikan dengan baik efek stimulasi kafein pada otak. Ini membuat mereka percaya respon ini bertindak semacam penguatan positif. Jadi ada kemungkinan peminum kopi regular mengambangkan kemampuan mendeteksi kafein atau sekadar merasakan.

 

Penulis pertama Jue Sheng Ong mengatakan studi ini memberikan jawaban mengapa orang tertentu berisiko lebih tinggi mengkonsumsi kopi.

 

“Jika secara genetis cenderung merasa pahit dalam kecambah brussel, maka anda lebih cenderung menyukai secangkir teh daripada kopi. Hal yang sama pada anggur merah, orang yang tidak menyukai makanan kaya prop kecil kemungkinan suka anggur merah,”

 

Ujar Jue Sheng Ong, seperti yang dilansir dari Medical News Today, 23/12/2019. (Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Andri Saubani; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/18/12/23/pk5r37409-mengapa-seseorang-menyukai-kopi-meskipun-pahit)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close