Kesehatan

Perempuan Wajib Tahu Penyakit Lupus

(suaramerdeka.com)-JAKARTA; Lupus, penyakit yang sering menyerang perempuan. Diantaranya menyerang selebriti dunia, Selena Gomez. Karena penyakit ini, ia juga gagal ginjal. Hal ini bisa terjadi karena lupus itu penyakit autoimun yang rentan menyebabkan komplikasi terutama ginjal.

 

Lupus banyak menyerang perempuan usia produktif, sulit dideteksi, dan tidak mudah disembuhkan. Karena itu, penting bagi perempuan tahu penyakit lupus. Head of Health Claim Department Sequis dr. A.P. Hendratno mengatakan, gejala awal penyakit lupus sering tak terdeteksi karena gejalanya tidak khas dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat.

 

Tingkat keparahannya dari ringan, berat hingga mengancam jiwa. Umumnya, tanda fisik yang sering dikeluhkan pasien, seperti kelelahan berlebihan, nyeri sendi, demam tinggi, sensitif pada sinar matahari, dan berat badan terus turun.

 

“Lupus bukan karena penurunan daya tahan tubuh tapi kondisi kekebalan tubuh mampu membedakan sel dan jaringan tubuh sendiri dengan substansi asing sehingga sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh itu sendiri. Sebaiknya, obat atau suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunostimulator) dihindari atau tidak dikonsumsi”.

 

“Jika gejala awal terlihat, segera periksakan diri ke dokter untuk didiagnosa awal, dapatkan pengobatan, dan mengontrol respon autoimunitas untuk mengurangi kerusakan organ yang diserang” ujarnya.

 

Sarannya dia : “Sebaiknya kita terutama perempuan bergaya hidup sehat, tak merokok, dan rutin ber-OR. Sedang yang penyakit lupusnya sudah terkontrol sebaiknya menghindari faktor pencetusnya, seperti paparan sinar matahari langsung, stres , dan tidak mengonsumsi obat2an yang tidak perlu apalagi tanpa setahu dokter, gunakan lotion pelindung pada kulit yang akan terpapar matahari” tambah dr. Hendra.

 

Ia juga sarankan tetap melakukan kontrol ke dokter setiap enam bulan sampai satu tahun sekali untuk mengevaluasi kesehatan karena interaksi dengan sekitar dapat memicu penularan penyakit.

 

Sulit didiagnosa

Dokter spesialis penyakit dalam OMNI Hospitals Pulomas, dr.Suzy Maria, Sp.PD menimpali, tidak mudah men diagnosis lupus bahkan sering terlambat karena gejala yang tidak khas di awal perjalanan penyakit. Kata dr Suzy, gejala penyakit lupus tiap penderita ber-beda2, tergantung dari organ yang terserang.

 

Data dari Kemenkes (2017) bahwa jumlah penderita penyakit lupus di Indonesia 1,5 juta orang dan dari 1,5 juta itu hanya sekitar 1% yang menyadari dirinya menderita penyakit tersebut.

 

“Interaksi antara genetik dengan lingkungan jadi pemicu lupus. Seperti stres dan sinar matahari jadi pencetus munculnya lupus pada yang rentan genetik. Stres menyebabkan perubahan pada sistem saraf dan hormonal yang memengaruhi sistem imun. Paparan  matahari berlebihan siang hari menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan yang menimbulkan respon autoimunitas,” ujar dr.Suzy.

 

Setelah gejala awal di atas, ada tanda2 fisik yang khas, seperti rambut menipis hingga botak, bercak merah pada kulit wajah di daerah pipi (ruam menyerupai kupu-kupu), sariawan berulang.

 

Bila ada gangguan lanjutan : Bengkak seluruh tubuh akibat kadar albumin darah di bawah normal (hipoalbuminemia) karena gangguan ginjal, lemah, dan pucat karena anemia, lebam kulit, mimisan, gusi berdarah akibat trombosit rendah dan penurunan kesadaran atau kejang karena ada keterlibatan sistem saraf.

 

Dr. Suzy sarankan tahap ringan pun, bila terserang lupus harus dirawat medis untuk mengontrol respon autoimunitas dan mengurangi kerusakan organ lain. “Dokter akan memberi obat anti radang dan obat lain mengontrol respon autoimunitas. Jenis obat bergantung pada organ yang terlibat lupus dan seberapa berat gangguan yang ditimbulkannya” tambah dr. Suzy.

 

Lupus disebut ringan bila stabil secara klinis. Pada tahap ini tidak mengancam nyawa dan tidak berisiko kerusakan bermakna. Pada lupus sedang, menimbulkan penyakit yang lebih serius dan cedera ringan.

 

Jika lupus berat bisa mengancam nyawa. Tapi, lupus berat dapat mengalami remisi atau sebaliknya lupus yang awalnya ringan sempat mengalami remisi dapat mengalami flare (gejala yang tiba2 jadi derajat berat) atau menjadi lupus berat.

 

“Hormon seksual perempuan dapat memodulasi sistem imun itu sebabnya terjadi penyakit autoimun, terutama perempuan dengan kerentanan genetik. Pada perempuan dengan penyakit lupus dalam keadaan hamil, dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan ibu dan janin,” ujar dr. Suzy.

 

Pasien lupus agar berkonsultasi ke dokter jika berencana menikah dan punya anak karena penyakit ini jadi penyebab meningkatnya kematian janin dalam rahim.

 

“Umumnya kurun 6 bulan setelah remisi (penyakit terkontrol) itu waktu aman merencakan kehamilan, sedangkan jika lupus sudah menyerang ginjal sebaiknya menunda kehamilan sampai 12 bulan setelah remisi. Dokter akan menyesuaikan obat yang diberikan sebelum ia hamil : Obat yang aman dikonsumsi saat kehamilan,” tambah dr.Suzy.

 

Dokter juga akan menambahkan obat lain untuk melindungi ibu dan janin selama kehamilan bila ada penyulit atau penyakit penyerta. (Andika Primasiwi/CN26/SM Network; Bahan dari : https://www.suaramerdeka.com/kesehatan/baca/183937/perempuan-perlu-tahu-penyakit-lupus)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close