Wisata dan Kuliner

Naik Perahu Nyore Susuri Sungai Gajahwong

(suaramerdeka.com)-TAK banyak sungai di Kota Jogja dan sekitarnya yang menawarkan keelokan dan  menyediakan wahana wisata. Namun, Kampung Ponggalan, Kel-Giwangan, Kec- Umbulharjo, Kota Jogja di tepi Sungai Gajahwong menyediakan hal itu.

 

Ada kegiatan menyusuri sungai dengan perahu hingga ikut panen raya ikan nila di lokasi yang baru saja ditahbiskan sebagai Kampung Tangguh Nusantara. Kegiatan wisata pertama : Tirtowolulas (Wisata Dermaga Cinta Kali Gajahwong). Salah satu pengelola Wisata Dermaga Cinta Kali Gajahwong, Ahmad Rakhib membeberkan alasan pemberian nama ini.

 

“Kami ingin menumbuhkan rasa kecintaan masyarakat pada sungai yang dulunya kumuh” tutur Ahmad. Ada 4 perahu dan satu sepeda air yang bisa dimanfaatkan pengunjung saat di kawasan ini. Mengklaim sebagai satu-satunya wahana susur sungai naik  perahu di Jogja, Ahmad mengatakan kenikmatannya sangat terasa ketika dilakukan sore hari.

 

Cuaca tidak terlalu panas, adem, semilir angin yang berhembus, makin menambah sensasi kenikmatan layaknya naik perahu di kawasan Venice, Italia. “Hanya bayar Rp 5.000 (dewasa) dan Rp 3.000 (anak-anak), rute perahu sekitar 1 km atau 15 menitan,” ungkap dia.

 

Ahmad baru dua tahun terakhir ini bersama rekannya pemuda kampung bernama Abdul Mustakim mengkonsep wisata air naik perahu. Sebelumnya, rintisan wisata air ini sejak 2014, kondisi sungai sudah sangat rapi dan bersih dibanding tahun tahun sebelumnya yang dipenuhi sampah.

 

“Ide awal itu kami membuat wisata tubing river. Rutenya dari bawah jembatan (kebun binatang) Gembiraloka hingga sini. Tapi nggak berkembang karena debit air sungainya dangkal, apalagi kemarau”. Akhirnya dipilihlah wisata naik perahu hingga saat ini.

 

“Perahu yang digunakan pesan dari Pacitan, bukan dari kayu. Kami konsep disesuaikan dengan kondisi Gajahwong karena sungainya beda dengan karakter sungai di Bantul misalnya yang lebar dan dalam”. Sedikit flashback, dulu kawasan Kampung Ponggalan terkenal kawasan kampung yang kumuh, kotor.

 

Sungai di pinggir kampung ini sebagai tempat pembuangan sampah tak resmi. Saat ini kondisinya beda. Andhy Wijanarko, pengurus karang taruna mengakuinya. Dia sebut  kampungnya tempat yang kumuh.

 

“Teman-teman karang taruna berinisiatif membebaskannya. Karena selain merusak pemandangan juga rentan penyakit” sambung dia. Setelah itu pembersihan bisa seperti saat ini. Tertata apik dan dapat membudidayakan ikan nila yang dimulai setahun lalu.

 

Andhy mengatakan, dimulai dengan gerakan pembersihan aliran irigasi sepanjang Sungai Gajahwong (2019). Irigasi dengan panjang kurang lebih 100 meter itu dipasang sekat atau pembatas. Pembatas itu berfungsi sebagai penyaring sampah.

 

Tiap 6 bulan sekali sekat rutin diganti mengingat arusnya deras. “Arusnya kencang jadi tidak bisa bertahan lama. Setiap hari kami bersihkan sampah yang tersangkut. Biasanya sampah rumah tangga dan popok bayi,” ucapnya.

 

Setelah aliran irigasi bersih, warga usul agar setiap sekat di isi ekosistem ikan nila. Benih ikan dan sekat hasil swadaya warga kampung. Hasilnya, sejak 2019, sedikitnya 4 kali panen raya.  “Kalau panen ikan, kami jual ke warga setempat. Hasilnya untuk perbaikan dan untuk memperpanjang irigasi,” tandas dia.

 

(Gading Persada; Bahan dari : https://www.suaramerdeka.com/gayahidup/travel/235101-naik-perahu-inyorei-susuri-sungai-gajahwong)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close