Psikologi

Jika tidak bisa memuji jangan menghujat

Seorang lelaki yg berbeda paham dengan Guru mengeluarkan kecaman dan kata2 kasar, meluapkan kebenciannya pada Sang Guru. Guru hanya diam, mendengarkan dengan sabar, tenang dan tak berkata apa pun. Setelah lelaki itu pergi, si murid yg melihat peristiwa itu penasaran bertanya,

 

“Mengapa Guru diam saja tidak membalas makian lelaki itu?”
Beberapa saat kemudian, Guru bertanya pada murid,  “Jika seseorang memberimu sesuatu,  tapi kamu tidak mau menerimanya, lalu menjadi milik siapa kah pemberian itu?”
“Tentu saja menjadi milik si pemberi”, jawab si murid.
“Begitu pula dengan kata2 kasar itu”, tukas Sang Guru.
“Karena aku tak mau terima, maka kata2 tadi akan kembali jadi miliknya. Dia harus menyimpan sendiri. Dia tak sadar, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia-akhirat ; karena energi negatif yg muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan akan membuahkan penderitaan hidup”.

Kemudian, lanjut Guru, ” Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu  akan jatuh mengotori wajahnya. Jadi jika di luar sana ada orang marah2 padamu, biarkan saja. Karena mereka membuang SAMPAH HATInya. Jika kau diam saja, maka sampah itu kembali pada diri mereka, tetapi kalau engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah itu.”

“Hari ini begitu banyak orang di jalanan yg hidup dengan membawa sampah di hatinya (sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, dan lainnya), maka jadilah kita orang yg BIJAK”
Sang Guru melanjutkan nasehatnya : “Jika engkau tak mungkin memberi, janganlah mengambil”

“Jika engkau terlalu sulit mengasihi, janganlah membenci”
“Jika engkau tak dapat menghibur orang lain, jangan membuatnya sedih”
“Jika engkau tak bisa memuji, janganlah menghujat”
“Jika engkau tak dapat menghargai, janganlah menghina”

“Jika kau tak suka bersahabat, jangan bermusuhan” Saudaraku, Ini saatnya – setelah ditraining di bulan Ramadhan tiap tahun, kita melatih diri untuk membuang semua sampah yg ada di hati kita. Marilah kita renungkan untuk diri kita masing2 : mampukah kita mengikuti nasehat dan meneladani kebijakan Sang Guru? (Sholihin Syam Salim /S3; sumber dari grup WA sebelah)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close